17 Maret 2009

PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN S1 DAN S2 ILMU INFORMASI & PERPUSTAKAAN DI INDONESIA : MASALAH DAN TANTANGAN

PENDAHULUAN 
Pendidikan
formal Ilmu Informasi
dan Perpustakaan di Indonesia 
diselenggarakan oleh beberapa perguruan tinggi baik negri maupun swasta
dalam berbagai jenjang, mulai dari tingkat Diploma, Sarjana hingga Magister.
Sebagai contoh program pendidikan S1 diselenggarakan oleh UI, UNPAD, USU 
dan UNAIR kemudian Yarsi dan UNINUS dll. Adapun program pendidikan S2
diselenggarakan oleh UI, UNPAD, UGM, dan IPB. Merupakan suatu kelebihan
bahwa program pendidikan Ilmu Informasi dan Perpustakaan ini diselenggarakan 
dibawah fakultas yang berbeda. Sebagai contoh, program pendidikan S1 & S2
Ilmu Informasi dan Perpustakaan Unpad ada dibawah Fakultas Ilmu Komunikasi,
sedangkan program pendidikan S1 & S2 Ilmu Perpustakaan UI ada dibawah
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Adapun program pendidikan S2 Sosiologi 
konsentrasi Manajemen Informasi dan Perpustakaan UGM ada dibawah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan program pendidikan S2 Teknologi 
Informasi untuk Perpustakaan IPB ada dibawah Fakultas MIPA. Kemudian
program pendidikan S1 Ilmu Perpustakaan USU ada dibawah Fakultas Sastra, 
sedangkan program pendidikan S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan UNAIR 
ada dibawah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 
* Disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Program Pendidikan dan 
Pelatihan Perpustakaan di Indonesia, Jakarta 11-13 juli 2005. 
** Dosen Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu 
Komunikasi, Universitas PadjadjaranPage 2

Perbedaan lembaga payung yang menyelenggarakan program pendidikan Ilmu
Informasi dan Perpustakaan memberi warna pada kurikulum terutama muatan 
lokal. Secara umum kurikulum semua program pendidikan ini mengandung 4
komponen yang juga menjadi kompetensi lulusan yang dihasilkan, yaitu
“Collecting”, “Processing”, “Disseminating”, “Preserving”, dan perlu ditambahkan
bahwa keempat komponen ini telah bermuatan teknologi. Namun demikian 
masing-masing lembaga memiliki penekanan yang berbeda. Sebagai contoh
Universitas Padjadjaran memberikan banyak mata kuliah Ilmu Komunikasi, 
seperti komunikasi antar pesona, komunikasi organisasi, komunikasi,massa, 
psikologi sosial, psikologi komunikasi, “public relations”, marketing informasi dll,
selain mata kuliah murni Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Kemudian USU dan 
IPB menitik beratkan pada teknologi informasi. Demikian juga dengan UI dan
UNAIR yang masing-masing memberikan penekanan yang khas.
Jumlah sks yang harus ditempuh untuk menjadi Sarjana (S1) dibidang Ilmu
Informasi dan Perpustakaan berkisar antara 144-148 sks yang dibagi dalam 8 
semester. Sedangkan S2/Magister dibiang Ilmu Informasi dan Perpustakaan 
harus menempuh sekitar 40-48 sks selama 4 semester. 
Tenaga pengajar (dosen) pada program pendidkan Ilmu informasi dan
Perpustakaan di Indonesia dari segi pendidikan sesungguhnya sudah cukup baik 
karena hampir sekitar 80% memiliki pendidikan Ilmu informasi dan Perpustakaan 
baik dalam maupun luar negri, dan sekitar 80% sudah bergelar Magister. Apabila 
ada tenaga pengajar yang tidak berlatar belakang Ilmu Informasi dan
Perpustakaan itu karena Ilmu yang beliau- beliau miliki memang dibutuhkan 
untuk memperdalam, memperkaya dan mengembangkan Ilmu ini, mengingat
perkembangan Ilmu Informasi dan Perpustakaan yang begitu cepat dan luas.
Namun demikian harus diakui bahwa Doktor (S3) dibidang ilmu ini hanya
beberapa orang saja.Page 3

Peminat atau calon mahasiwa yang memilih Ilmu Informasi dan Perpustakaan
untuk jenjang S1 cenderung menurun sejak 3 tahun terakhir ini. Dahulu ada 
sekitar 800 calon bahkan pernah mencapai 2000 calon mahasiswa melalui 
UMPTN /SPMB, maka 3thn terakhir ini hanya sekitar 400 -450 calon mahasiswa
dengan kuota tetap dari tahun ke tahun yaitu sekitar 55 -75 orang. Sedangkan 
calon mahasiswa untuk jenjang S2 berkisar antara 10-20 orang. 
Fasilitas pendidikan seperti laboratorium dan perpustakaan diupayakan
sedemikian rupa agar dapat mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
Kerjasama dengan berbagai lembaga informasi juga dilakukan untuk 
memberikan pengalaman praktis yang memadai pada mahasiswa. Sebagai 
contoh UNPAD melakukan kerjasama dengan PERPUSNAS RI untuk kegiatan 
praktikum preservasi dll, juga dengan lembaga informasi lain untuk berbagai 
kegiatan termasuk observasi jasa pelayanan, marketing informasi, praktek kerja 
lapangan dll 
Penyelenggara program pendidikan dalam hal ini Perguruan Tinggi ,selalu
menginginkan hasil dan kompetensi yang terbaik untuk peserta didiknya.
Kurikulum dirancang, dibangun termasuk metode pengajarannya agar dapat
mencapai tujuan pendidikan yang sering kali diukur dari banyaknya lulusan yang 
diterima pasar kerja. Perguruan Tinggi sering dikritik dengan sebutan “Negri Di 
Atas Awan”, karena selalu bicara ditatar ideal. Sekarang ini Lulusan S1
diharapkan menjadi tenaga siap pakai bukan lagi siap latih,.Sedangkan lulusan
S2 diharapkan dapat mengembangkan ilmu dan keahlian untuk meningkatkan 
kinerja perorangan maupun lembaga. Pertanyaan yang timbul adalah “Dapatkah
Perguruan Tinggi Berjalan Bersama Cepatnya Perubahan Kebutuhan
Kompetensi di Pasar Kerja?”.Tentu saja ada masalah yang harus selalu
dicarikan solusinya untuk menjawab beragam tantangan yang ada . Page 4

MASALAH dan TANTANGAN 
1.Tantangan terbesar tentu datang dari dunia kerja dimana saat ini membuka 
peluang yang sangat besar bagi tenaga-tenaga ahli bidang Informasi dan
Perpustakaan, terutama dengan datangnya era informasi dan mulai 
terbentuknya masyarakat informasi. Tantangan berlakunya pasar bebas
harus dijawab dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, agar 
mampu bersaing dtingkat nasional dan minimal ditingkat regional. Kebutuhan
akan informasi yang tepat, pada waktu yang tepat, untuk orang yang tepat, 
dengan cara yang tepat, di tempat yang tepat dengan kemasan yang tepat
merupakan hal mendasar bagi kehidupan masyarakat pada saat ini terutama
di kota-kota besar. Informasi instan menjadi pilihan untuk penghematan
disegala aspek, sehingga kebutuhan akan tenaga ahli yang memiliki 
kemampuan dan ketrampilan dibidang pengelolaan informasi dan
pengetahuan menjadi semakin besar. Namun seiring dengan pesatnya
perkembangan dunia kerja tentu saja terjadi perubahan kebutuhan
kompetensi yang cepat dan terus menerus. Hal ini tentu saja berdampak 
langsung
pada penyelenggaraan pendidikan Ilmu Informasi dan
Perpustakaan seperti Perguruan Tinggi sebagai penghasil lulusan/tenaga
ahli/ tenaga kerja. Untuk menjawab tantangan tersebut ada beberapa 
masalah yang harus dicermati yaitu :
a. Kurrikulum 
Perubahan kurikulum tidak dapat dilakukan secepat perubahan kebutuhan 
kompetensi di pasar kerja. Kurikulum ditinjau 1 tahun 1 kali dan direvisi 3-5
tahun 1 kali. Prinsip “Link and Match” memang ideal tetapi tampaknya masih 
sulit dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kurikulum berbasis kompetensi
yang sudah dimulai sejak tahun 2002 tampaknya belum sepenuhnya bejalan
sebagaimana mestinya. Perkembangan baru yang ada biasanya diberikan
melalui mata kuliah yang dianggap dapat mewadahi, dan apabila kebutuhan Page 5

pengetahuan tsb menjadi sangat penting maka dapat dijadikan sebuah mata
kuliah.
b. Kompetensi 
Kemudian pengembangan kurikulum yang cenderung mengarah ke
teknologi juga harus disikapi dengan arif, yaitu akankah kita menghasilkan
kompetensi yang sama dengan lulusan informatika? atau kita mempelajari 
teknologi sebagai alat bantu?. Seringkali pengetahuan atau ketrampilan
tentang bagaimana membangun hubungan dengan klien dianggap tidak
lebih penting dari ketrampilan tentang teknologi informasi. Padahal 
pengetahuan tentang bagaimana membuat orang mau datang ke atau 
mau mengakses informasi yang ditawarkan perpustakaan atau lembaga
informasi lain juga merupakan hal penting untuk dipelajari ahli informasi
termasuk pustakawan didalamnya. Jangan sampai karena terlalu
menggantungkan segala sesuatu pada teknologi sebagai solusi, ahli 
informasi dianggap hanya mampu mengerjakan hal –hal bersifat praktis 
dan kurang memiliki kemampuan manajerial. 
Pada “Benchmarking Curriculum “ yang diselenggrakan oleh British
Council di Bogor pada tahun 2000 telah dibahas tentang kompetensi yang
harus dimiliki oleh ahli informasi termasuk pustakawan yaitu memiliki ; 
• Kemampuan & ketrampilan dasar ilmu informasi dan perpustakaan 
• “Communication & Interpersonal Skill” 
• “Marketing and Public Relations Skill” 
• “Information and Communication Technology Skill’ 
Sekarang ini ada kompetensi yang juga dituntut untuk dimiliki oleh 
ahli informasi yaitu “Information Skill”, bahkan sekarang ini di Amerika 
mulai ditawarkan program pendidikan “Information Scientist”, yang
merupakan pengembangan dari Ilmu Informasi dan Perpustakaan, dan 
diharapkan melahirkan kompetensi berupa kemampuan mengelolaPage 6

informasi. Apabila kompetensi ini telah diberikan pada peserta didik dan
dimilki oleh para lulusan, maka seharusnya posisi penting di bidang
informasi seperti “Knowledge Manager” dipegang oleh lulusan di bidang
Informasi dan Perpustakaan. Namun seperti yang disampaikan oleh 
Harkrisyati Kamil dalam Rakerpus di Pekanbaru Riau, Juni 2005, bahwa 
posisi penting dibidang informasi banyak diduduki oleh orang dengan latar
belakang Keuangan, Teknologi Informasi, dan Personalia. Dengan
demikian perlu dilihat kembali bagaimana kurikulum yang sesuai atau
minimal mendekati kebutuhan pasar kerja.
c..Sarana dan Prasarana 
Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan terutama Perguruan 
Tinggi Negri dapat memperlambat optimalisasi proses belajar mengajar.
Sebagai contoh perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang
begitu cepat diaplikasikan di dunia kerja tampaknya belum sepenuhnya
dapat diberikan pada peserta didik secepat tuntutan pasar, karena 
keterbatasan laboratorium komputer dan pengadaan software”. Selain itu
terbatasnya literatur tentang Ilmu Informasi dan Perpustakaan baik dalam 
bentuk cetak maupun elektronik yang tersedia dan terakses, juga
menyebabkan keterlambatan penambahan dan pembaruan informasi dan 
pengetahuan di bidang ini.
d.” Image” 
Perkembangan Ilmu Informasi dan Perpustakaan telah sedemikian 
pesatnya, yang pada awalnya dipelajari hanya untuk mengelola
perpustakaan kemudian meluas menjadi mengelola informasi 
(Information Management) dan kemudian mengelola pengetahuan
(Knowledge Management). Dengan demikian apa yang dipelajari dan juga
kompetensi yang dihasilkan telah berkembang jauh meninggalkan tradisi 
lama yang berkesan bahwa Ilmu Perpustakaan hanya menghasilkan Page 7

pustakawan yang kemudian harus bekerja di perpustakaan yang jauh dari
kesan gaul, keren, pandai dan pasti tidak gaya karena kumuh dan
lembab. Padahal kenyataannya Ilmu ini juga dibutuhkan di berbagai 
lembaga informasi seperti stasiun televisi, radio, juga media cetak seperti
koran, majalah dll. Akan tetapi sampai sekarang ini” image” lama masih 
tetap ada dan melekat , bahkan celakanya juga melekat pada sebagian
pengambil kebijakan. Tentu saja hal ini akan merugikan ahli informasi 
termasuk pustakawan yang merupakan produk Program Pendidikan Ilmu
Informasi dan Perpustakaan. Ketidak percayaan pasar kerja akan
kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki ahli informasi akan
mempersempit lahan kerja mereka , dan itu pula yang dapat menjadi 
penyebab luputnya posisi strategis dari tangan mereka. Semua ini juga
membuktikan ketidakmampuan profesi ini termasuk penyelenggara
pendidikan mempromosikan diri yaitu membuat pasar mengenal lebih baik 
tentang profesi ini..Dengan demikian kemampuan dan ketrampilan
memasarkan diri , serta membangun dan mempertahankan” image” positif
harus menjadi kajian penting untuk dipelajari. Harus pula digaris bawahi 
bahwa penampilan perpustakaan dan pustakawan harus diperhatikan
karena “image” terbentuk melalui proses interaksi dengan obyek. Selain 
itu perlu pula disadarai bahwa ketidak populeran nama perpustakaan dan 
pustakawan menjadi pemicu rendahnya minat untuk mempelajari ilmu ini,
padahal lembaga informasi termasuk perpustakaan membutuhkan tenaga
–tenaga trampil dan cerdas untu mengelolanya.
Terpikirkan pula bahwa nama “Perpustakaan” bermakna sangat sempit 
sehingga menyempitkan arti keilmuannya. Apakah mungkin Ilmu Informasi 
dan Perpustakaan dimana DIKTI sampai saat ini masih menggunakan
nama Ilmu Perpustakaan diusulkan dirubah menjadi Ilmu Informasi,
karena lebih sesuai dengan luasnya bidang cakupan dan lebih sesuai 
kompetensi yang dihasilkan?. Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan 
Fikom UNPAD sedang mengkajinya. Page 8

e. GELAR
Gelar yang digunakan amat beragam dari Perguruan Tinggi yang 
satu ke yang lain, 
Untuk program pendidikan S1 
UI 
menggunakan gelar S.S 
UNPAD menggunakan gelar S.Sos 
USU menggunakan gelar S.S 
UNAIR menggunakan gelar S,Sos 
Untuk program pendidikan S2 
UI 
menggunakan gelar M. Hum 
UNPAD menggunakan gelar M. Si
UGM menggunakan gelar MIP
IPB 
menggunakan gelar MTIP
Apakah hal ini akan membingungkan pasar kerja?,
f. “Continuing Education” 
Di Indonesia hanya ada 3 jenjang program pendidikan Ilmu Informasi dan
Perpustakaan yaitu D3, S1 dan S2. Untuk meningkatkan pengetahuan di 
bidang ini sampai jenjang S3, terutama untuk tenaga pengajar, harus 
sekolah keluar negri. Selain berbagai keterbatasan termasuk bahasa dan
keluarga, kesempatan untuk memperoleh beasiswa dibidang ini sangat
kecil. Beberapa tahun terakhir ini Ilmu ini tidak termasuk yang ditawarkan
untuk mendapat beasiswa dari Negara-negara penyedia dana. Tentu saja 
kemitraan dengan negara penyedia dana dapat dijalin melalui perwakilan
yang ada agar bidang ini dapat terus berkembang pesat sebagaimana
mestinya, dan yang terpenting mampu menghasilkan sumberdaya yang
handal yang mampu berkompetisi tidak saja ditingkat nasional tetapi juga
minimal di tingkat regional.Page 9

PENUTUP
Program Pendidikan Ilmu Informasi dan Perpustakaan di Indonesia
terus 
berjalan sambil terus berbenah diri untuk menghasilkan lulusan yang memiliki 
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja tidak saja di tingkat
nasional tetapi juga minimal ditingkat regional. Walau terdapat berbagai 
masalah, namun kurikulum dan kompetensi tetap dirancang disesuaikan sekecil 
mungkin jaraknya
dengan kebutuhan pasar kerja. Dedikasi para tenaga
pengajar ni tidak perlu diragukan lagi karena dengan keterbatasan fasilitas dan
pengakuan, tetap setia mengabdi, memperjuangkan dan berusaha memberikan 
yang terbaik pada bidang yang belum dikenal kecantikannya ini.
DAFTAR PUSTAKA
Institut Pertanian Bogor, Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan 
Ilmu Pengetahuan Alam, Program Magister 
Teknologi Informasi untuk 
Perpustakaan. 2005 
Universitas Airlangga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu
Perpustakaan. 2005 
Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,, Program Magister
Ilmu Perpustakaan. 2005 
Universitas Indonesia,Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Ilmu
Perpustakaan. 2005 
Universitas Padjadjaran, Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu Informasi dan 
Perpustakaan. 2005 
Universitas Padjadjaran, Fakultas Pasca Sarjana, BKU Ilmu Sosial, Program 
Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan . 2005 
Universitas Sumatera Utara, Fakultas Sastra, Program Studi Ilmu Perpustakaan.
2005 
Kamil, Harkrisyati (2005). Peran Pustakawan dalam Manjemen Pengetahuan. 
Disampaikan dalan Rapat Kerja Pusat XIII dan Seminar Ilmiah Nasional IPI, 
Pekanbaru Riau 31 Mei-3 Juni 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar