17 Maret 2009

Rouffaer, Kepekaan Pustakawan

Nama GP Rouffaer mulai dikenal dalam pentas sistem kolonial terutama setelah ia menulis dan ikut dalam keredaksian jurnal ilmiah Bijdrage tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië (lazim disingkat BKI, edisi pertama 1851, dan masih beredar sampai sekarang), yang diterbitkan oleh Koloniaal Instituut voor de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië (KITLV). Ia bukanlah pejabat tinggi kolonial, melainkan seorang pustakawan ahli (bibliothecaris) pada lembaga studi kolonial tersebut. 

Sebagai pustakawan andal, ia tak cuma piawai "mengatur" buku-buku dalam rak. Menjelang tutup abad ke-19 (1890), Rouffaer dibantu oleh sejumlah juru tulis di kantornya menyalin hampir semua arsip tentang Keresidenan Surakarta dan Yogyakarta. Arsip-arsip itulah yang kemudian menjadi dasar kontribusinya dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië (terbit pertama kali 1917), di bawah entri "Vorstenlanden" (Tanah-tanah Kerajaan). Dalam bentuk lain, "Vorstenlanden" juga diterbitkan dalam Adatrechtbundels (Kumpulan Hukum Adat), Vol 34. Sejak saat itu, siapa pun yang ingin mempelajari sejarah dan kebudayaan Jawa masa-masa kerajaan, tampaknya tak bisa "melewati" Rouffaer begitu saja. 

Nama Rouffaer semakin berkibar setelah pemerintahan kolonial di bawah Menteri Urusan Jajahan Alexander Idenburg melibatkannya dalam penelitian tentang keadaan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat pribumi. Empatinya terhadap masyarakat terjajah tampaknya sejalan dengan dasar-dasar politik etis pemerintah pada waktu itu. Rouffaer memang bukan ilmuwan besar pada zamannya, tetapi ketekunan dan kepekaan dalam pekerjaannya ikut mewarnai orientasi lembaga kolonial tempatnya bekerja yang semula terkesan konservatif dan tertutup menjadi lebih terbuka. 

Pada 1914, Rouffaer menerbitkan dua jilid De batikkunst in Nederlandsch-Indië en haar geschiedenis (Seni Batik di Hindia Belanda dan Sejarahnya). Kepekaan lainnya ditunjukkan dalam memahami semiotika batik Jawa. "Itulah cetusan mulia dari daya seni Jawa asli... yang menyelamatkan semangat Jawa Baru dari celaan hampa," tulisnya. Ia memahami betul bagaimana penduduk pribumi, khususnya Jawa, mengalami berbagai tekanan dan perubahan kultural dalam sejarahnya. Tetapi dengan melihat "seni halus" batik itu, katanya, "segala sesuatu yang hidup merupakan kehangatan, serta keagungan jiwa yang menyala-nyala, yang hidup dalam hakikat orang Jawa." 

Kini, warisan koleksi pribadi arsip/dokumen yang dihimpun Rouffaer selama hidup dan kariernya masih tersimpan rapi di Perpustakaan KITLV, Leiden.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar