Di tengah booming teknologi informasi internet di
Indonesia, peran pustakawan mulai dipertanyakan. Pasalnya, para pengguna
internet kini dapat mencari informasi tanpa perlu bantuan orang lain.
Demikian benang merah persoalan yang dikupas dalam seminar sehari bertema
`Peran Pustakawan di Abad Elektronik: Impian dan Kenyataan`. Seminar ini
diselenggarakan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, kemarin.
Seminar yang dihadiri antara lain pakar internet Onno M Purbo, Sulistyo
Basuki, dan Kepala PDII LIPI B Sudarsono ini diikuti 170 pustakawan dari
berbagai kampus, lembaga penelitian, pemerintahan, dan dunia usaha.
Sulistyo dalam makalahnya berpendapat, eksistensi pustakawan masih
diperlukan namun dengan catatan peranannya berubah di masa mendatang.
Senada dengan Sulistyo, Sudarsono mengatakan peran pustakawan harus
disesuaikan dengan variabel waktu yang kian cepat. "Jadi semboyan pustakawan
yang dulu berbunyi informasi yang benar untuk pengguna yang benar harus
diubah menjadi informasi yang benar, pengguna yang benar dan sekarang,"
katanya.
Sementara itu, menurut Onno, seorang pustakawan seharusnya dapat berperan
sebagai jembatan informasi. Mereka juga harus mampu menata informasi yang
dikumpulkannya secara teratur. "Pertama menjadi jembatan informasi dan kedua
menjadi penata informasi," ujar pakar internet yang pernah mengajar di ITB
ini.
Kendati pergeseran peran itu menuntut tambahan keahlian, namun ironisnya,
menurut Onno, banyak pustakawan Indonesia yang masih gamang dengan komputer.
Menanggapi peranan baru pustakawan, salah seorang peserta mengatakan, "Itu
impian, utopia! Masalahnya adalah apakah tersedia modal untuk memasuki era
perpustakaan elektronik," katanya.
Namun Onno tetap optimis. Bahkan peran baru seorang pustakawan itu semakin
membuka peluang usaha bagi para pustakawan. "Mereka bisa berbisnis informasi
dengan membuat semacam situs yang dapat diakses oleh masyarakat secara
cepat," paparnya.
Masalahnya, lanjut Onno, penggunaan internet dalam dunia kepustakaan masih
teradang beberapa kendala. Di antaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat dan juga masih adanya kegamangan menggunakan teknologi yang cepat
dan murah.
16 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar