16 Maret 2009

Profesi pustakawan jalan di tempat

YOGYA - Pembina Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Ediyami Bodan menegaskan, setiap pustakawan wajib menjadi anggota profesi untuk membangun solidaritas sesama pustakawan guna mendukung profesionalitas. "Belum matangnya rasa solidaritas antarpustakawan menyebabkan organisasi profesi itu berjalan di tempat," katanya pada Rapat Kerja Pusat (Rakerpus) XIV IPI, di Yogyakarta, baru-baru ini.

Pustakawan, imbuh Ediyami, juga perlu memahami AD/ART dan Kode Etik Pustakawan. "Dua pegangan bagi profesional pustakawan itu belum dibaca, apalagi dipahami. Masih jarang pula disosialisasikan. Padahal, pustakawan dituntut mampu menjadi humas," tuturnya kemudian.

Sesuai UU tentang Perpustakaan maka pembinaan dan pengembangan organisasi profesi pustakawan harus difasilitasi pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. "Menurunnya semangat solidaritas pun dipengaruhi otonomi daerah, karena kemudian pustakawan antardaerah kurang begitu saling mengenal, " ungkap Kalangi Pande yang juga Pembina IPI.

Terlebih, saat pegawai yang diangkat tak mempunyai latar belakang dan penguasaan tentang perpustakaan serta kurang berpengalaman di bidang kepustakawanan. "Karenanya, pustakawan muda perlu mencari tahu, menguasai ilmu perpustakaan, dan mengembangkan diri melalui pendidikan serta bekerja sesuai misi IPI," tandas Kalangi.

Dari Rakerpus, menurut Sekjen PP IPI Drs Zulfikar Zen MA dapat disimpulkan, pentingnya peningkatan kesejahteraan pustakawan karena selama ini tunjangan fungsional pustakawan menduduki tempat paling rendah di antara profesi yang lain. "Dalam hal ini otonomi daerah membawa dampak positif bagi pustakawan. Di Papua misalnya,
tunjangan bagi pustakawan mencapai Rp 9 juta," ungkapnya kemudian.

Dikatakan pula, Rakerpus yang digelar di Yogyakarta diikuti peserta terbanyak di antara Rakerpus sebelumnya. Beberapa daerah mengirimkan utusannya hingga 43 orang. "Justru Yogyakarta yang bisa menjangkaunya dengan jalan kaki hanya mengirim sekitar 12 orang utusan," ujar Zulfikar.

Sebelum Rakerpus, digelar pula seminar tentang Perpustakaan Keliling dan Cerita Rakyat se-Asean yang diikuti Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. rul-skh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar